Menjadi Burung Yang Patah Sayapnya….

Seorang berkata kepada saya,”Cikgu ada pencen laki bini,anak kerja belaka, bukankah lebih baik duduk rehat-rehat, berulang ke masjid,buat apa susahkan diri.”Saya petik kisah dibawah sebagai jawapan, moga memberi manfaat.

Suatu ketika Ibrahim bin Adham, seorang wali Allah bertemu dengan Syaqiq Al-Balkhi di Mekah yg kuat beribadat. Dalam kesempatan tersebut Ibrahim bin Adham bertanya kepada Syaqiq:
“Peristiwa apakah yang membuatmu mencapai kedudukan seperti ini? “
“Suatu hari di padang pasir, kulihat seekor burung terjelepok tidak berdaya dengan kedua sayapnya yang patah. Dalam hati ku bertanya, bagaimana burung ini dapat bertahan hidup di tengah padang pasir yang gersang ini?”

 

“Ketika aku duduk memperhatikan burung itu, tiba-tiba seekor burung terbang mendekatinya dengan membawa seekor belalang di paruhnya. Burung itu mendarat di sampingnya dan meletakkan belalang tersebut di paruhnya. Ketika itu juga kukatakan kepada diriku:
“Duhai diri, ketahuilah, Allah yang mengirimkan burung ini ke tengah padang pasir hanya untuk memberi makanan kepada burung yang sayapnya patah tersebut, tentu Maha Kuasa juga Allah untuk memberimu rezeki dimanapun engkau berada”

“Sejak itulah kuputuskan untuk tidak lagi bekerja, kusibukkan diriku dengan berbagai ibadah”, jawab Syaqiq

“Mengapa engkau tidak memilih untuk menjadi burung yang tidak sakit, yang memberi makan kepada burung yang sakit sehingga engkau menjadi lebih utama darinya ?” tanya Ibrahim bin Adham.”Apakah engkau belum pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدُ السُفْلَ” Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah.” (HR Bukhari dan Muslim).

 

 

Seorang mukmin dalam segala urusannya, ketika diberi dua pilihan, maka ia akan memilih kedudukan yang tertinggi dari keduanya, sehingga ia dapat mencapai derajat kaum Abrar.”

Mendengar ucapan Ibrahim bin Adham, Syaqiq pun segera memegang telapak tangan beliau dan menciumnya dan berkata, “Engkau adalah guruku”.

Dalam kehidupan ini hendaknya kita selalu berusaha untuk menjadi manusia yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Semakin banyak manfaat yang kita mampu berikan dan semakin banyak orang yang dapat mengambil manfaat dari kita, maka semakin baik pula diri kita dalam pandangan Allah. Rasulullah SAW bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Manusia terbaik adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia yang lain.” (HR. Qadha’i)

 

Hari ini kita lihat lebih ramai orang cuba mendapat manfaat dari orang lain dari mereka yang memberi manfaat kepada orang.Yang bersedekah mungkin seorang dua tetapi yang menadah seribu dua ribu,sedangkan apakah mungkin hanya seorang yang mampu untuk bersedekah?Dinegara kita,ramai orang yang ada kemampuan tetapi berapa kerat yang muncul untuk memanfaatkan dirinya dan hartanya kepada masyarakat.Mereka lebih memilih untuk menjadi burung yang patah sayapnya.Mengharap bantuan, sumbangan,sedekah,pemberian, belanja makan,tetapi diri apa yg ada pada diri digenggam bagai menggenggam air tidak tiris,lebih liat dari tangkai jering.

Kepada mereka yang hanya duduk beribadat,ingatlah jika anda sendirian tiada tanggungjawab,itu mungkin sesuai buat diri,tetapi jika ada anak isteri yg wajib disuap,bekerja dan berusaha utk dapat rezeki lebih utama dari duduk beribadat dan mengharap rezeki.Burung yang patah sayapnya tidak berupaya terbang mencari rezeki,jika tidak tentu ia terbang.

 

Seperkara lagi dari kisah ini ialah jangan kita memilih kearah pemikiran yg negatif.Bila dihadap sesuatu perkara,berfikir secara positif dulu, berbaik sangka dulu,bukan terus menolak,terus berkata yg tak baik kepadanya.Lihatlah nasihat Ibrahim Adham ini yang memilih untuk menjadi burung yang membawa belalang, memberi nasihat yang positif,bukan menyokong untuk berada pada taraf berserah dan meratapi nasib.

 

Akhirnya,marilah kita menjadi insan yang berlapang dada menerima teguran dan nasihat seperti Syaqiq ini.Berubahlah kepada yang lebih baik bila dinasihati,siapa pun dia,boleh guru kita,asalkan dia menyuruh yang baik, menegah yang mungkar.Satu ayat teguran sahaja dalam kisah ini,sudah menjadikan seorang itu guru kepada seorang lain.Buanglah sifat burung yang patah sayapnya.Wallahua’lam abdghaniharon

Anda Suka Artikel Ini? Klik Like Dan Share Ya Agar Lebih Ramai Dapat Info Yang Baik Ini. Terima kasih Di Atas Kerjasama Anda.
Scroll to Top